Kamis, 14 April 2016

Layang-layang Bali






Berbicara mengenai Layang-layang Bali berarti kita berbicara tentang tradisi serta hasil budaya bali yang sangat komplek, Mulai dari daya imajinasi untuk melahirkan ide hingga timbulnya bentuk disebut sebagai Layang-layang.
Bermain Layang-layang atau dengan istilah Bali disebut dengan Melayangan bermula dari sebuah permainan masyarakat yang sangat sederhana, Tradisi Melayangan telah terjadi secara turun temurun yang diwariskan oleh masyarakat Bali.
Layang-layang dan juga tradisi Melayangan sangat erat kaitannya dengan cerita rare angon, Dipercaya bahwa Dewa Siwa dalam manivestasinya sebagai Rare angon merupakan Dewa Layang-layang.Pada musim layangan atau setelah panen di sawah Rare Angon turun ke Bumi diiringi dngen tiupan deruling bertanda untuk memanggil sang angin.
Rare Angon berarti anak gembala, setelah musim panen para prtani terutama anak gembala mempunyai waktu senggang yang mereka gunakan untuk senang-senang. Sambil menjaga ternaknya salah satu permainan yang sering mereka lakukan adalah bermain Layang-layang.
Bagi Masyarakat Bali layang-layang mempunyai nilai kesungguhan yang menonjol dan bukan sebagai benda kosong tanpa nilai, Masyarakat Bali percaya bahwa Layang-layang mempunyai badan, Tulang dan Roh. Salah satu ivent yang diadakan rutin setiap tahun dan sangat antusias diikiuti oleh masyarakat Bali adalah Pestival Layang-layang.
festival Layang-layang bali pertama kali dilakukan pada tahun 1979 bertempat di Subak Tanjung Bungkak Denpasar. Setelah hampir seperempat Abad festival Layang-layang masih mendapat sambutan yang luar biasa dari masyarakat.
Layang-layang masyarakat Bali sangat dikagumi diluar Negeri Selain karena bentuknya yang khas,layang-layang Bali juga dikenal dengan proses ritual yang menyertainya. sampai saat ini, Masyarakat Bali mengenal dua jenis layang-layang yaitu Layang-layang Tradisional dan Layang-layang Kreasi baru.
Selain layang-layang tradisional dan kreasi masyarakat juga mengenal Layang-layang aduan.Layang-layang Tradisional merupakan layang-layang yang sudah mentradisi di Masyarakat Bali. Untuk sebuah layang-layang yang akan diikiutkan dalam sebuah festival, Dalam proses pembuatannya biasanya melibatkan hampia semua Masyarakat dalam sebuah Banjar.
Bentuk layang-layang Tradisional telah dikenal sejak jaman dulu mulai dari bentuk yang paling sederhana sampai ahirnya berkembang seperti sekarang. Kerangka layang-layang yang terbuat dari bambu yang dihaluskan serta kain yang digunakan sebagai penutup sangat warna-warni, secara umum warna yang sering dijumpai adalah warna Hitam, Merah dan Putih. layang-layang Be-bean, Pecukan dan janggan merupakan tiga jenis Layang-layang Tradisiolan Bali yang sudah sangat dikenal.

Layang-layang Be-bean 

Layang-layang Be-bean berasal dari kata Be yang berarti Ikan, layang-layang Be-bean mengambil bentuk seekor Ikan besar yang bersudut 10. hidup Ikan selalu tergantung pada air,sinar,tanah,Udara dan angkasa yang kesemuanya itu merupakan unsur Maha Butha.

Layang-layang Pecukan


 Layang-layang Pecukan, nama Pecukan diambil karena layang-layang ini mempunyai 4 sudut dan bentuknya menekuk yang dalam bahasa Bali adalah Pecuk. Pecukan ini dapat dibandingkan dengan Ulu Chandra yaitu Windu, Merupakan Wijaksana simbol Hyang Widhi Wasa.

Layang-layang Janggan

Layang-layang Janggan merupakan asosiasi dari Pecukan yang memiliki ekor panjang seperti Naga. Ekor yang panjang diasosiasikan sebagai Ananta Bhoga simbol dari Dewa kemakmuran. Ketiga layang-layang tersebut setiap pementasannya selalu diberi Guangan yang akan mengeluarkan suara bila di terpa angin.

Layang-layang Kreasi 

Layangan Kreasi, biasanya dibuat berbentuk : binatang, tokoh, dll sesuai dengan keinginan pembuat layangan



Bagi masyarakat Bali bermain Layang-layang adalah sebuah keakraban dan menjalin kebersamaan.

Kamis, 07 April 2016

Bermain layang-layang dengan para penikmat layang-layang. Kurang lebih itulah arti Melayangan dengan Rare angon yang berasal dari bahasa Bali. Rare angon sendiri berarti anak gembala. Konon, kebiasaan bermain layang-layang dilakukan oleh anak-anak gembala di saat senggang sambil menjaga ternak.Bali

The festival
Puluhan layang-layang Bebean yang berbentuk seperti ikan tampak mengudara dengan latar belakang langit biru. Berbagai panji-panji tampak menghiasi sekitar lapangan yang menjadi ajang festival layang-layang di Sanur pada Agustus lalu.
Bagi masyarakat Bali, melayangan bukan hanya sekedar menaikkan layang-layang ke udara. Melayangan merupakan tradisi dan seni yang diturunkan dari leluhur, sekaligus sebagai upaya untuk melestarikan layang-layang tradisional Bali. Jangan salah, layang-layang tradisional Bali yang dimaksud di sini bukanlah layang-layang berbentuk segi empat yang sering kita mainkan semasa kecil dulu. Layang-layang tradisional Bali rata-rata berukuran 5 meter. Bahkan ada layang-layang yang mencapai ukuran 12 meter. Membuat layang-layang dengan ukuran raksasa ini tentunya tidak mudah dan diperlukan keahlian dan ketrampilan untuk membuat layang-layang yang mudah diterbangkan dan stabil selama mengudara.

Satu per satu, layang-layang dengan hiasan kepala naga membumbung tinggi ke udara ditarik oleh 5-8 orang dewasa melalui seutas tali nilon berukuran sekitar 5 mm. Saat itu juga, ekor-ekor dari layang-layang yang panjangnya mencapai 100 m itu berkibar-kibar memamerkan warna-warni merah hitam dan putih di tengah-tengah birunya langit Bali. Itulah Layang-layang Janggan atau biasa disebut layang-layang naga. Salah satu jenis layang-layang tradisional Bali.


Layang-layang tradisional Bali biasanya memiliki bentuk yang bermacam-macam. Selain Janggan, ada dua jenis layang-layang lain yang biasa dilombakan, yaitu Bebean dan Pecukan. Bebean merupakan layang-layang berbentuk seperti ikan (Be dalam bahasa Bali), sedangkan Pecukan yang berbentuk melengkung (Pecuk dalam bahasa Bali) merupakan layang-layang yang memiliki bentuk paling sederhana namun paling sulit dikendalikan.

Pada musim angin sekitar Juli-Agustus, langit-langit di atas Bali sangat ramai dihiasi dengan layang-layang dari berbagai ukuran, bentuk, dan warna. Melayangan tidak mengenal waktu, dari pagi hingga malam, sepanjang angin masih cukup kencang untuk menerbangkan layang-layang. Tidak hanya oleh anak-anak, orang-orang dewasa pun turut bermain layang-layang.

 Dan layang-layang Janggan pun mengudara Panji-panji yang melambangkan identitas dari masing-masing kelompok pemuda yang mengikuti festival layang-layang. Mempersiapkan layang-layang Janggan sambil merapikan posisi ekornya yang sangat panjang.
 Layang-layang Janggan satu per satu mulai mengudara. Tampak barisan pemuda memegang tali layang-layang yang akan ditarik. Menahan layang-layang agar tetap pada posisinya yang stabil Menarik tali layang-layang yang terbuat dari tali nilon.
 Tampak di kejauhan beberapa pemuda sedang meraih layang-layang Pecukan yang diturunkan, sementara tiga orang menahan tali agar layang-layang tetap terkendali saat bergerak turun. Mengarahkan Janggan di atas kerumunan orang yang bersiap-siap menangkap Janggan yang diturunkan. Tidak mudah untuk mengatur posisi Janggan dengan ekornya yang sangat panjang. Menurunkan tali agar layang-layang perlahan bergerak turun
 Menangkap Layang-layang Ramai-ramai menangkap layang-layang Bebean yang diturunkan. Selalu seru dan menegangkan untuk memastikan layang-layang tidak jatuh ke tanah. Menangkap layang-layang Pecukan yang jatuh merupakan salah satu bagian yang paling menegangkan pada saat menurunkan layang-layang. Layang-layang yang tidak tertangkap dengan baik akan jatuh langsung ke tanah dan mengalami kerusakan.
Memang, tradisi bermain layang-layang tradisional saat ini sudah sangat berkembang hingga menjadi daya tarik bagi wisatawan. Berbagai festival layang-layang baik di level lokal maupun internasional diselenggarakan dalam berbagai acara di pantai-pantai di Bali. Festival layang-layang biasanya diikuti oleh berbagai organisasi pemuda dan melibatkan ratusan layang-layang yang siap berkompetisi.

Kriteria penilaian dalam festival layang-layang biasanya berdasarkan pada bentuk, warna, gerakan selama di udara, hingga kemudahan untuk dikendalikan. Tidak jarang dalam setiap festival, ada layang-layang yang sulit dikendalikan hingga menyambar layang-layang yang lain. Sangat menarik dan patut untuk diikuti bukan?!
                                                                                           

          Sumber google